Fakta dari Sebuah Fatamorgana   Leave a comment

Tangerang, 3 Maret  2012

Assalamualaikum wr.wb

PENGANTAR

Sangat menarik mencermati berita terakhir terkait dengan Direktorat Jenderal Pajak dan petugas-petugas pajak. Lepas dari kontroversi kenapa hal ini terkesan “terlalu di blow up”, benar salah yang belum begitu jelas, “penghakiman media massa”, dugaan pengalihan isu, dll, bagaimanapun, hal ini bisa kita jadikan instropeksi, mungkin memang harus masih ada yang kita perbaiki, kita sebagai pribadi, sebagai PNS Pajak, atau institusi Direktorat Jenderal Pajak (DJP) sendiri.

Sewaktu cerita tentang DA dan DW masih bergulir, ada beberapa isu “sedap” yang menambah tentang kemungkinan-kemungkinan masih ada beberapa PNS (mantan PNS) yang memiliki “kasus” serupa.
Salah satu nama yang disebut adalah Ajib Hamdani. Sedikit latar belakang, Ajib Hamdani lahir di Magelang, 7 Desember 1980. Singkat cerita, Ajib kuliah di STAN Jurusan Penilai/PBB pada tahun 1999 dan lulus tahun 2002. Penempatan Ajib yang pertama, pada tahun 2004, di Kantor Pelayanan PBB (KPPBB) Jakarta Barat Dua. Kemudian pada tahun 2005, Ajib melaksanakan tugas belajar di Universitas Diponegoro (UNDIP) mengambil Jurusan Ekonomi, Spesialisasi Penilai Properti. Sekolah dinas itu diselesaikan pada Tahun 2007.

Setelah lulus pada tahun 2007, Ajib penempatan di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Jakarta Kelapa Gading sebagai Pelaksana. Pada Tanggal 18 Agustus 2009, Ajib mengundurkan diri dari PNS mulai tanggal 1 September 2009 (tentunya setelah mengajukan sesuai prosedur formal dan mengganti rugi sesuai dengan ikatan dinas).
Yang mulai menjadi menarik, adalah ketika nama Ajib Hamdani namanya muncul dalam daftar orang yang dipanggil ke pihak yang berwajib untuk mengklarifikasi beberapa hal.
Tulisan ini akan dibuat dalam 3 (tiga) bagian. Bagian pertama adalah hal yang paling sensitif dan paling menggelitik, yaitu tentang daftar harta dan bisnis Ajib yang begitu “wah” dalam pandangan orang umum. Berapa hartanya, dari mana asal usul hartanya, apa saja bidang bisnis yang di-develop, bagaimana cara men-develop-nya, dan sejauh mana validitas informasi-informasi yang akan dipaparkan.

Bagian kedua adalah penjabaran tentang “sesuatu” di balik munculnya nama Ajib Hamdani ke permukaan. Kenapa untuk sesuatu hal yang “sangat mudah untuk sekedar dikonfirmasi”, bisa menjadi suatu kejadian yang berlarut-larut. Siapa pihak-pihak yang punya kepentingan terhadap munculnya isu yang sangat “menggoda” ini.
Sedangkan bagian terakhir, atau bagian ketiga adalah penjabaran pekerjaan yang dikait-kaitkan dengan isu “rekening dan bisnis fantastis” Ajib Hamdani. Ada satu dua hal yang terkesan “dipaksa” untuk dikaitkan-kaitkan dengan pekerjaan yang ada, sehingga biar semuanya terkesan logis.

BAB I: HARTA DAN BISNIS, SEBUAH ISU YANG SANGAT SEKSI

Salah satu tolok ukur dalam kesuksesan adalah berapa banyak harta dan seberapa besar bisnisnya. Itu adalah sebuah prinsip yang sah-sah saja dimiliki oleh setiap orang. Tetapi, buat Ajib, tolok ukur kesuksesan adalah, seberapa banyak bisa membawa manfaat buat orang lain. Seberapa banyak kita bisa berkarya buat orang lain, dan seberapa banyak orang merasa bahagia dengan keberadaannya. Bukan dengan berapa jumlah harta, tetapi dengan karya.

Ajib Hamdani “hanya” mempunyai 1 (satu) unit rumah di Jl. Cempaka Blok D17 No. 9, Komplek Pondok Safari Indah, Pondok Aren Tangerang, dengan nilai sekitar Rp300.000.000,- (tiga ratus juta rupiah) pada tahun pembelian, yaitu tahun 2007, melalui KPR Bank BNI Syariah selama 15 (lima belas) tahun. Kalau kemudian ada yang menganalisa bahwa rumahnya “wah”, itu hak masing-masing penilai. Karena penilaian itu sangat subjektif dan mempunyai nilai relatif. Tetapi, menurut Ajib, rumah itu relatif standar.

Harta selanjutnya adalah 1 (satu) unit mobil Honda Freed tahun pembelian 2011, melalu kredit KITA Finance (lembaga Pembiayaan dari Bank CIMB Niaga). Memang satu hal yang agak mencolok adalah kebiasaan Ajib untuk berganti mobil. Perlu digarisbawahi disini, bukan menambah,tetapi berganti. Untuk berganti pun, belum tentu ke yang lebih mahal. Pada tahun 2004 pernah membeli mobil Timor (kredit via ACC finance). Kemudian pada tahun 2007, ganti menjadi mobil Honda Accord Cielo tahun (lupa). Belinya yang ini cash, karena ada uang dari penjualan mobil Timor, tinggal menambah sedikit. Kalau tidak salah, harganya Rp. 70.000.000,- (tujuh puluh juta rupiah). Kemudian pada tahun 2008, mobilnya berganti menjadi Honda Jazz (kredit melalui BCA Finance). Pada tahun 2009, berganti menjadi Toyota Altis tahun 2001 (kredit melalui Oto finance). Pada tahun 2010, Altis dijual karena ada rekan bisnis yang membutuhkan uang. Ajib memberitahukan bahwa uang tidak punya, tetapi mobil ada. Kalau memang butuh, jual aja mobil yang ada. Kemudian rekan bisnis Ajib menggadaikan Mobil Ford Everest selama masa peminjaman uang tersebut. Satu hal yang menarik pada masa ini adalah, ada orang yang bilang bahwa Ajib mempunyai Mobil Everest. Suatu pendapat yang wajar. Tetapi, toh, kalau orang tersebut mau untuk sekedar bertanya, tentau akan dijawab oleh Ajib apa adanya. Surat hutang-piutangnya ada, nomor mobilnya bisa di-cek punya siapa, mobil itu leasing (oya, mobil Everest itu juga ternyata leasing, sehingga tidak bisa dijual cepat oleh pemiliknya), atas nama siapa, dst.

Harta selanjutnya adalah 1 (satu) unit sepeda motor Kawasaki LX 150D (D’Tracker) tahun pembelian 2011, secara tunai, harganya saat itu kurang lebih sebesar Rp23.200.000,- (dua puluh tiga juta dua ratus ribu rupiah), yang di refinancing (BPKB-nya) pada lembaga pembiayaan, yaitu Kresna Finance.
Dan yang terakhir adalah emas perhiasan seberat 74,91 gram senilai kurang lebih Rp23.000.000,- (dua puluh tiga juta rupiah), perolehan dari tahun 2002-2010, yang saat ini kesemuanya dalam posisi digadaikan pada Gadai Emas Bank Syariah Mandiri Kantor Cabang JKT Bintaro.

Nah, jadi hanya ada 4 (empat) benda itulah yang menjadi “harta” Ajib Hamdani dan keluarga. Dan semuanya sudah dicantumkan dalam Laporan Harta Kekayaan Pejabat Negara (LHKPN) dan Surat Pemberitahuan Pajak (SPT).

Ada satu informasi yang berkembang di masyarakat, yang dihembuskan pihak tidak jelas. Ajib Hamdani mempunyai apartemen di Kelapa Gading. Ada juga yang pernah bertanya langsung ke Ajib, apakah memang Ajib mempunyai apartemen di Kelapa Gading. Ini adalah pertanyaan sederhana yang jawabannya tidak sederhana. Kalau dijawab tidak punya, nanti dibilang bohong. Tetapi, kalau dijawab punya, itu juga kurang tepat. Agak membingungkan? Begini ceritanya: di daerah Kelapa Gading, ada banyak penawaran apartemen dengan metode sewa-beli. Jadi, kita tanpa Down Payment, dengan hanya satu kali membayar, bisa langsung menempati. Katakan dengan cicilan sebesar Rp9.000.000,- (sembilan juta rupiah) sebulan, tetapi dokumen yang ditandatangai adalah Perjanjian Pengikatan Jual Beli (PPJB). Jadi, secara de facto kita memiliki, tetapi secara de jure belum. Sebenarnya kalau memang mau, semua orang juga bisa melakukan hal yang sama. Kalaupun ada yang tanya, bagaimana Ajib bisa membayar kewajiban setiap bulannya? Itu akan dijabarkan di bagian selanjutnya. Tetapi, apartemen tersebut tidak berapa lama kemudian di –over alih PPJB (maklum, ability to pay-nya sedikit dipaksakan, walaupun willingness to pay-nya masih tinggi). Jadi, singkatnya, Ajib hanya mempunyai “hak sewa” selama masih bisa menyewa. Dengan senang hati Ajib Hamdani bersedia menyampaikan informasi kepada pihak yang bertanya (bukan yang asal berpendapat, baru mikir) untuk memperlihatkan daftar cicilannya, berapa kali terlambat membayar (karena memang terlambat terus). Dan, kalau ada yang tertarik “punya” apartemen dengan status seperti itu, nanti akan diberikan nomor marketingnya.

REKENING TABUNGAN, PERSEPSI YANG SALAH KAPRAH
Ada sebuah informasi yang sangat menarik dan “sedap” untuk didengar, dibumbu-bumbui, dipersepsikan,  digosipkan, dan seterusnya, sehingga menjadi siklus gosip yang menarik. Yaitu Ajib Hamdani mempunyai rekening sebesar 17 Milyar. Apalagi, isunya lagi, informasi tersebut dari PPATK.

Wow, sebuah angka yang sangat fantastis, dan akan menjadi santapan pembuat gosip.
Awalnya Ajib juga bingung, kok bisa-bisanya muncul angka 17 Milyar. Ternyata, dan ini sangat penting untuk digarisbawahi, angka 17 Milyar tersebut adalah angka perputaran uang dari tahun 2002 sampai dengan tahun 2009 (2010?). Istilahnya Gross In-Gross Out.
Tetapi, bagaimanapun, itu masih menimbulkan pertanyaan, masa PNS bisa mempunyai perputaran uang sebesar itu. Ya, memang bisa. Setelah lulus dari DIII Penilai/PBB pada tahun 2002, Ajib penempatan pada awal tahun 2004. Selama 1,5 tahun, Ajib Hamdani dan seluruh angkatan Penilai/PBB lulusan 2002 statusnya magang. Nah, selama magang ini, Ajib dan 47 orang lainnya, menerima gaji secara cash dari kantor pusat pajak. Untuk mengambil gaji tunai tersebut, ditunjuklah koordinator angkatan oleh intern lulusan. Termasuk jurusan-jurusan yang lain juga melakukan hal sama. Untuk lulusan Penilai/PBB, ditunjuklah secara aklamasi, bukan urut ganteng loh :) , Ajib Hamdani. Jadi Ajib bertanggung jawab mengambil uang secara tunai di Kantor Pusat Direktorat Jenderal Pajak (DJP) yang berupa gaji, tunjangan, IPK, Gaji ke-13, SPPD, dll. Uang ini kemudian dimasukkan ke rekening atas nama Ajib pribadi dulu. Kemudian Ajib mengambil tunai, sebagian untuk dimasukkan ke rekening isteri, Ratna Sari (yang kebetulan waktu itu juga masih pegawai pajak), baru kemudian didistribusikan secara manual melalu transfer ATM. Kenapa harus sebagian lewat rekening isteri? Jawabannya sederhana, untuk memperbanyak saldo limit transfer harian. Jadi, bisa dibayangkan, untuk satu jenis transaksi tersebut, jumlah uang yang riel berputar sebenarnya hanya sebagian. Contoh illustrasi: uang dimasukkan cash Rp. 100.000.000,- (seratus juta), kemudian diambil tunai Rp. 50.000.000,- (lima puluh juta), dimasukkan ke rekening isteri, maka total Gross In-Gross Out untuk jenis transaksi ini akan terakumulasi. Akumulasi nilai yang dilihat adalah rekening Ajib Hamdani dan Isteri. Bisa dibayangkan, dalam waktu 1,5 tahun, berapa nilai Gross In-Gross Out. Belum penghitungan untuk IPK, SPPD, dll.

Kemudian pada tahun 2005 sampai dengan tahun 2007, semasa Ajib Hamdani dan 39 teman-temannya melaksanakan sekolah dinas di Universitas Diponegoro (UNDIP), kebijakan gaji, tunjangan, IPK, SPPD, dll kembali dengan sistem mengambil tunai di Kantor Pusat DJP. Untuk masa 2 (dua) tahun itu, kembali Ajib diberi amanah sebagai koordinator. Kembali ke rutinitas sebelumnya, ambil uang tunai, setor ke rekening pribadi, sebagian ke rekening isteri, transfer ke seluruh penerima yang berhak, dan seterusnya.
Setelah tahun 2007 penempatan di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Jakarta Kelapa Gading, Ajib sudah memulai sebagian bisnisnya, yang bergerak di bidang industri. Dimulai mendapatkan Purchase Order (PO) dari WIKA Intrade untuk memproduksi regulator tabung gas di Cileungsi. Berhubung belum ada rekening perusahaan, maka pembayaran invoice dan perputaran uang, memakai rekening pribadi (untuk bagian ini akan dijabarkan lebih lanjut di bagian bisnis).
Dengan adanya pemakaian rekening untuk begitu banyak kegiatan, perputaran angka sebesar 17 Milyar akan menjadi sangat logis.

Kalau untuk saldo, maaf, jangan ditanya. Dari tahun 2002 sampai dengan yahun 2011, sepertinya saldo masing-masing rekening di akhir bulan, jarang di atas Rp500.000,- (lima ratus ribu rupiah). Maklum uangnya untuk diputar lagi di bisnis :)

BISNIS, KARYA DARI SEBUAH IDE
Terkadang orang enggan atau bahkan tidak mau menjalankan bisnis karena tidak punya modal. Itu adalah sebuah persepsi yang sangat tidak tepat. Kalau memang hukum tersebut benar-benar berlaku, maka kesuksesan hanya milik mereka yang mempunyai modal.
Bukan, bukan itu yang dibutuhkan dalam sebuah bisnis. Dalam sebuah pengembangan bisnis, yang dibutuhkan ada 3 (tiga)hal. Yang pertama ide, yang kedua jaringan, dan yang ketiga adalah modal. Dan ini berlaku secara berurutan. Ketika kita mempunyai ide dan jaringan modal bisa dicari. Tetapi, disini, ide itu adalah output dari sebuah visi. Bagaimana kita bisa melihat sesuatu yang belum terlihat. Dan jaringan adalah output dari sebuah integritas. Walaupun jaringan kita luas, tetapi misalnya kita tidak mempunyai integritas, jaringan tersebut bukan sebuah jaringan.
Jadi, kalau ada pertanyaan, berapakah angka yang dibutuhkan untuk men-develop bisnis-bisnis Ajib yang ada? Rp0,- (nol) rupiah, itulah jawabannya.
Memang bisa? Bisa. Kalau orang lain melakukan cara yang sama, apakah itu bisa berjalan juga? Bisa.

Bisnis yang dikembangkan oleh Ajib Hamdani, secara garis besar dibagi dalam 3 bidang usaha (mulai tahun 2012, menjadi 4 bidang usaha). Usaha yang pertama adalah industri, bergerak di bidang zinc and allumunium casting. Bendera yang dipakai sekarang adalah PT Alto Star Casting.

Bidang bisnis/usaha yang kedua adalah jasa olah raga, yang meliputi futsal, fitness, badminton dan cafe. Bendera yang dipakai adalah CV Karunia Usaha Sejahtera. Brand yang digunakan adalah Diamondgroup. Bisa diakses di http://www.diamondgroup.co.id.
Bidang usaha yang ketiga adalah properti. Dimulai dengan membangun kamar-kamar kos, kemudian meningkat menjadi konsultan properti untuk ke depannya menjadi pengembang properti. Bendera yang dipakai adalah Zee Property. Bisa diakses di http://www.zeeproperty.co.id.
Bisnis yang terakhir dibuat adalah bidang pendidikan, dengan bendera PT Mitra Bersama Makmur, dengan brand MBMEducation. Informasi bisa diakses di http://www.mbmeducation.net.
Masing-masing bidang bisnis ini akan dijabarkan satu persatu. Bagaimana memulainya sehingga bisa mengembangkan bisnis dengan banyak bidang, tetapi bisa dibilang tanpa modal.

MENGUMPULKAN MODAL TANPA JAMINAN
Sebenarnya, yang dimaksud tanpa modal, adalah tanpa modal tabungan kita. Jadi kita bisa mengoptimalkan seluruh potensi, kita mendapatkan fresh money tanpa modal, bahkan kalau perlu tanpa jaminan (collateral) aset.
Dalam hal ini, Ajib bisa mendapatkan pinjaman tanpa asset collateral totalnya sebesar Rp600.000.000,- (enam ratus juta rupiah).
Rincian yang pertama, Ajib adalah PNS Direktorat Jenderal Pajak (waktu itu) golongan IIIA. Dengan posisi seperti itu, maka Ajib bisa mengajukan pinjaman ke BRI sebesar Rp100.000.000,- (seratus juta rupiah), cukup dengan mengagunkan SK PNS.
Tambahan dana yang lebih besar adalah pinjaman dari isteri, atas nama Ratna Sari. Dengan PNS golongan IIIB, maka bisa meminjam dari BRI sebesar Rp200.000.000,- (dua ratus juta rupiah).

Selanjutnya adalah pinjaman atas nama Ratna Sari lagi, sebesar Rp100.000.000,- (seratus juta rupiah) dari koperasi kantor pusat Direktorat Jenderal Pajak (DJP), tanpa asset collateral lagi.

Yang terakhir, agak sedikit beresiko. Tetapi ini adalah sesuatu hal yang sangat menarik. Ajib dan Ratna Sari mempunyai hampir 20 kartu kredit, dengan limit total Rp200.000.000,- (dua ratus juta rupiah). Dengan kartu kredit ini, Ajib membeli emas di toko emas (karena kalau beli di Antam harus tunai atau transfer. Kalau pakai kartu kredit, mesin EDC-nya lebih sering tidak bisa dipakai). Toko emas langganannya adalah di Bintaro Plaza. Kemudian, setelah mendapatkan emas, kemudian emas tersebut dibawa ke pegadaian. Dari pegadaian, mendapatkan uang tunai. Uang-uang tunai inilah yang kemudian dimasukkan ke rekening tabungan, untuk memulai sebagian usaha yang sedang dikembangkan. Terus, membayar kartu kredit dan pegadaiannya bagaiamana? Sederhana. Untuk pegadaian, pembayaran hanya untuk bunga, sedangkan kartu kredit, bisa diangsur sesuai minimum payment. Kuncinya adalah bagaimana kita menegelola bisnis minimal return on investment (RoI)-nya sebesar 6 persen per bulan. Karena, itulah jumlah bunga kartu kredit dan bunga pegadaian.
Anda tertarik untuk mencoba? Silahkan :)

CV KARUNIA USAHA SEJAHTERA (DIAMONDGROUP)
Usaha ini bergerak di bidang jasa olah raga. Meliputi futsal, badminton, fitnes dan cafe. Untuk gambaran usahanya, bisa diakses di alamat websitenya. Agar tidak terlalu membosankan, disini hanya akan diberikan gambaran utamanya saja, tentang bagaimana bisnis ini dikembangkan.
Aset bisnis ini mencapai hampir 1 milyar. Untuk detailnya ada laporan keuangan perusahaan. Apakah bisnis itu besar? Kalau menurut Ajib, itu bukanlah bisnis yang besar. Usaha ini baru maju satu langkah dari seribu langkah untuk blue print 5 (lima) tahun ke depan. Jadi, sekali lagi, besar atau kecil itu mempunyai nilai yang relatif.

Oya, sebelum dilanjutkan, perlu digarisbawahi bahwa tanah untuk pengembangan usaha ini (termasuk untuk seluruh pengembangan usaha yang lain) masih sewa. Belum ada satu pun yang beli. Ajib memakai istilah “belum”, karena dalam blue print-nya, aset tersebut ingin dibeli. Dari mana uangnya? Ya dari usaha itu sendiri.
Modal untuk men-develop lahan tersebut adalah proposal. Proposal bisnis, tentunya. Ajib mengirimkan pesan ke seluruh teman-temannya, dari teman masa kuliah, teman masa SMA, teman organisasi, dll, untuk yang tertarik bisnis, akan dikirimkan proposal dan akan ada presentasi bisnisnya. Bagiaman konsep pengembangan usahanya, bagaimana projection cahflow-nya, bagaimana bagi hasilnya, dll.
Dari sekitar 200 orang yang ditawarkan bisnis ini, ada sekitar 25 orang yang tertarik. Dari 25 orang yang tertarik, ada 15 orang yang benar-benar investasi. Semua dokumen kontrak investasinya ada. Dan ini adalah sesuatu yang sangat mungkin kita lakukan kalau kita memang mau mencoba melakukan. Bahkan ada orang yang investasi, tetapi belum pernah melihat lapangan futsalnya. Ini semata-mata karena kepercayaan.
Kalau misalnya ada yang ingin melihat contoh proposalnya jaman dahulu, dengan senang hati Ajib mau berbagi informasinya. Siapa tahu hal tersebut bisa membawa manfaat buat orang lain.
Berapa initial cost yang dibutuhkan untuk membangun bisnis ini, bagaimana jalannya usaha, berapa Return on Investment (RoI)-nya, itu adalah konsumsi intern para investor. Tetapi, kalau pembaca adalah salah satu investor itu, Anda akan tahu. Atau kalau pembaca adalah teman dari Ajib, sangat mungkin dulu juga pernah ditawarkan proposalnya.
Jadi, kawan, marilah mulai bisnis, walaupun kita mempunyai banyak keterbatasan. Tetapi, tetap berjuanglah dan nikmatilah. Masa depan adalah milik mereka yang percaya akan keindahan mimpi mereka dan mau berjuang untuk meraihnya.

PT ALTO STAR CASTING
Awal memulai usaha di bidang industri, Ajib belajar dari perusahaan yang sudah existing. Yaitu PT Annisa Allumina Smelter. Modalnya apa? Kemampuan manajemen saja. Jadi, dengan ilmu manajemen yang ada, Ajib masuk ke PT Annisa Allumina Smelter pada akhir tahun 2007. Pabriknya dimana? Tidak punya. Tetapi, kembali ke jaringan tadi. Dengan adanya jaringan, maka perusahaan dipinjami tempat di salah satu gudang Wika Intrade (salah satu anak usaha WIKA), di Cileungsi, Bogor.
Kemudian pada tahun 2010, Ajib membuat bendera sendiri, yaitu PT Alto Star Casting, Zinc and Allumunium Casting. Pabriknya dimana? Tidak punya? Modalnya awal berapa? Hampir tidak ada. Kok bisa?
Begini ceritanya: Ajib mendapatkan rekan kerja yang sangan kapabel dan kredibel dalam hal casting, yaitu Pak Ali Nurdin, selama 15 tahun bergelut di bidang casting.

Pak Ali bisa mendapatkan pabrik plus mesin yang siap beroperasi yang bisa disewa, di Jababeka I. Setahun pertama, sewanya bisa mencapai Rp150.000.000,- (seratus lima puluh juta rupiah). Uangnya didapat dari mana? Disinilah canggihnya Pak Ali. Beliau mempunyai konsep dan jaringan (sejalan dengan filosofi di awal tadi: visi, dan jaringan). Pak Ali bekerja sama dengan pihak pengambil limbah untuk mengambil limbah pabrik Alto. Uang deposit untuk mengambil limbah adalah Rp150.000.000,-. Itu sudah cukup untuk menyewa pabrik selama satu tahun.

Untuk raw material, bisa dibayar dengan tempo, yaitu menunggu waktu pencairan invoice dari pihak pemberi PO. Jadi modal yang dibutuhkan hanya modal operasional untuk 1-2 bulan. Dan itu besarannya hanya sekitar Rp. 50.000.000,- (lima puluh juta rupiah). Sangat worthed untuk dilakukan.
Untuk pengembangan usahanya, kemudian Ajib membuat proposal ke beberapa temannya untuk menambah kapasitas produksi. Sehingga, singkat cerita, bisa terkumpul modal tambahan lagi sekitar Rp600.000.000,- (terima kasih untuk rekan investor dan khususnya kepada saudara koordinator investor yang telah percaya untuk menitipkan uangnya di Alto. Semoga Alto bisa terus menjaga amanah tersebut).
Melihat paparan ringkas mengenai pengembangan usaha industri ini, anda masih belum merasa yakin? Informasi seperti apa yang bisa lebih meyakinkan anda? Bukti seperti apa lagi yang anda butuhkan untuk anda juga tertarik untuk memulai sebuah bisnis?
Just do it.

BIDANG PROPERTI
Ajib Hamdani mempunyai latar belakang pendidikan di bidang properti. Sewaktu kuliah di STAN, mengambil jurusan Penilai/PBB selama 3 tahun. Kemudian sewaktu kuliah kedinasan di Universitas Diponegoro (UNDIP) mengambil jurusan Ekonomi Spesialisasi Penilai Properti. Di kedua kampus itu, Ajib menamatkan sekolah dengan nilai yang, relatif, bagus. Bukannya untuk sombong, tetapi untuk menunjukkan bahwa memang bidang itulah yang digeluti dan passion-nya di properti.
Dengan mengandalkan ilmu yang didapat waktu kuliah, Ajib merintis usaha di bidang properti. Dimulai dari hal-hal yang kecil. Yaitu membangun kos.
Proyeknya adalah membangun 26 kamar kos di dekat kampus STAN. Wah, hebat membangun kamar kos? Nggak hebat juga. Bisnisnya sih biasa aja. Tetapi, memang idenya yang “sedikit” luar biasa.
Bagaimana memulainya?
Ajib menerapkan prinsip dalam salah satu teori Build, Operate and Transfer (BOT). Yaitu kita membangun sebuah properti di tanah orang lain, kemudian mengoperasikan dan kemudian menyerahkan properti tersebut kepada pemilik lahan pada masa akhir BOT sebagai bentuk kontraprestasi.
Detailnya begini: Ajib melihat ada lahan kosong menganggur seluas sekitar 500 m2. Kemudian Ajib mencari pemilik lahan tersebut, ternyata punya Pak Haji di kampung sekitar lokasi. Kemudian setelah melobi, Ajib berhasil mendapatkan masa BOT selama masa 5 (lima) tahun (tentu saja Ajib menjabarkan konsep BOT dengan bahasa sederhana kepada pemilik lahan). Jadi selama 5 (lima) tahun tersebut, Ajib tidak usah membayar sewa. Cukup membangun kamar kos, bisa mengambil hasil kos selama 5 (lima) tahun, dan pada akhir tahun ke-lima, Ajib menyerahkan bangunan tersebut kepada pemilik tanah sebangai kontraprestasi.
Tanah sudah didapat. Sekarang bagaimana cara membangun kamar-kamar kos yang berjumlah 26? Kembali prinsip investasi dijalankan. Ajib membuat proposal untuk investasi pembangunan kos. Dijual per kamar. Dari 26 (dua puluh enam) kamar, dijual 20 (dua puluh) kamar. Hak investor adalah mendapatkan hak sewa selama 5 (lima) tahun tersebut.
Pemilik tanah mendapatkan bangunan pada akhir tahun ke-lima. Itu sudah sangat bagus. Toh, kalaupun lahannya tidak diserahkan untuk dikelola, belum tentu lima tahun ke depan bisa membangun. Pemilik modal untung, bisa mendapatkan pengembalian investasi yang relatif bagus.
Ajib mendapatkan apa? Pembangunan kamar kos itu sangat menguntungkan. Dari pembangunan 2 kamar, kita bisa mendapatkan 1 kamar tambahan dengan hanya mengeluarkan sedikit biaya. Karena temboknya saling menyambung. Jadi, dengan modal relatif kecil, Ajib bisa mendapatkan 6 kamar.
Everybody happy :)
Mungkin sebagian dari anda akan berpikir? Kok, kayaknya gampang banget? Sebenarnya dalam bisnis, tidak ada yang mudah, tetapi juga bukan sulit. Bisnis itu sederhana.
Apakah dalam mendevelop bisnis ini tidak ada masalah? Ada juga sih, tetapi itu menjadi konsumsi intern para investor :)
Usaha properti ini mulai merambah menjadi developer. InsyaAllah proyek yang akan dibangun adalah Tidar Residence. Sederhananya, Ajib bekerja sama dengan pemilik lahan untuk membangun perumahan tersebut. Untuk membangun infrastruktur, didapatkan dari tanda jadi dan down payment pembeli rumah. Pembayaran tanah dibayar sesuai penjualan per kavling.

Anda mempunyai tanah kosong yang mau dikerjasamakan? Hubungi Ajib lebih lanjut.

BIDANG PENDIDIKAN
Mengawali Tahun Naga Air 2012, Ajib menggebrak dunia pendidikan. Dengan beberapa rekan bisnis yang terus mengawasi perkembangan bisnis-bisnis yang dikembangkan sebelumnya, maka kemudian beberapa rekan investor membuat konsorsium usaha di bidang pendidikan di bawah bendera PT Mitra Bersama Makmur, dengan brand MBMEducation.
Secara garis besar, MBMEducation bergerak di bidang Kursus Sertifikasi Konsultan Pajak (KSKP) d.h. brevet Pajak. Dan ke depan, akan menggarap bidang kepabeanan dan penilaian.
Tidak banyak yang bisa dijabarkan untuk unit usaha ini, karena baru akan dimulai. Untuk informasi lebih detail, bisa mengakses alamat websitenya.

Demikian paparan singkat tentang unit usaha yang dikembangkan. Berangkat dari sebuah ide yang sederhana, memulai langkah demi langkah, menikmati semua proses termasuk permasalahannya, fokus pada goals dan impian, tetap positif, itulah pesan-pesan klasik yang terus dan harus terus dipegang untuk menjalankan sebuah usaha. Memang tidak mudah, tetapi bisa. Memang akan ada satu dua orang yang mencibir, tetapi akan banyak orang yang bisa tertolong dengan usaha kita.
Terima kasih atas waktu membacanya. Mohon maaf kalau ada satu dua kata yang terkesan menggurui. Semua ini tidak lebih dari sekedar sharing.

Semoga bermanfaat

Wassalamualaikum wr.wb

Salam Hangat,

 

Ajib Hamdani

Catatan: Bagian pertama dari tiga bagian tulisan

sumber

Posted Maret 11, 2013 by 4n1ef in News

Tinggalkan komentar